Ditulis Oleh: Venice Rahayu
“Kejutan-kejutan kecil akan memperkuat ikatan dalam keluarga. Sesibuk apa pun kita, sempatkanlah waktu untuk berbahagia bersama keluarga.”
“Ayo … turun, kita sudah sampai!” kata Bapak sambil menengok ke belakang. Hari sudah mulai sore saat kami sampai di rumah.
“Sudah sampai?” tanya Kak Ulan sambil mengerjap-ngerjapkan matanya, “cepat sekali.”
“Teteh dan Ulan bantu Ibu, ya!” pinta Ibu saat turun dan berjalan menuju bagasi. Bapak menghampirinya dan membisikkan sesuatu di telinga Ibu. Ibu tersenyum dan menganggukangguk. Kedua kakakku ikut menyusul dan ikut tersenyum-senyum.
“Ami, masuk saja duluan! Ini kuncinya, Nak,” kata Ibu kepadaku.
“Siap, Bu,” ucapku girang. Ini kesempatan. Aku tidak harus berebut kamar mandi dengan kakakku.
“Ah, segar …” seruku saat keluar kamar mandi.
Kulihat keluargaku sedang berkumpul di dapur. Begitu melihatku, Ibu langsung memberi isyarat untuk bubar. Aku terpaku dan bingung. Sekejap, keriangan berganti dengan kekesalan. Sepertinya mereka menyembunyikan sesuatu dariku.
Tiba-tiba pintu kamarku diketuk dari luar.
“Ami, ayo kita makan malam!” panggil Ibu dengan lembut.
Aku malas, masih kesal, dan merasa diasingkan. Namun, mendengar suara Ibu, aku tak tega untuk tidak membukakan pintunya.
“Surprise!” teriaknya. Sebuah cake ulang tahun yang cantik di tangan mereka.
“Selamat ulang tahun, Tuan Putri!” lanjut mereka sambil menghampiriku dan menciumiku satu per satu.
Di ruang makan, sudah terhidang nasi kuning lengkap dengan lauknya. Semua tertata rapi. Tak ada yang mampu kuucapkan untuk mewakili perasaanku. Mataku berkaca-kaca karena bahagia. Inilah rupanya yang mereka rahasiakan. Itulah keluargaku. Aku bersyukur dan bangga menjadi bagian dari keluargaku. ***